Kamis, 01 Agustus 2013
Apa itu Déjà Vu ?
Pernahkah
kamu mengalami perasaan pernah melakukan kegiatan yang sama persis sebelumnya?
Merasakan sebuah kondisi yang sama persis sebelumnya? Melihat dan mendengar hal
yang sama sebelumnya? Hal ini memang terkadang sangat membingungkan karena pada
saat itu pula kita tidak mampu mengingat kapan dan dimana pernah melakukan
kegiatan tersebut. Hal tersebut seolah-olah ada dalam mimpi namun kenapa bisa
benar-benar terjadi. Inilah misteri yang biasa disebut orang dengan Déjà vu.
Berdasarkan
penelitian, 70% manusia di bumi pernah merasakan déjà vu. Jadi, fenomena
psikologis tersebut adalah hal yang sangat wajar dan bukan merupakan suatu
kutukan atau karma sebagaimana banyak dipercayai orang. Déjà vu berasal dari
bahasa Prancis yang artinya "pernah lihat". Maksudnya, mengalami
sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya. Di Yunani,
fenomena ini disebut dengan paramnesia yang merupakan gabungan kata para
artinya adalah "sejajar" dan mnimi artinya "ingatan".
Kenapa déjà
vu bisa terjadi?
Pertanyaan yang
mundul kemudian adalah mengapa déjà vu bisa terjadi? Jangan dulu berpikiran
bahwa ini adalah fenomena alam yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah karena
para ilmuan telah menemukan jawaban akan fenomena yang ada dalam alam pikiran
manusia tersebut. Déjà vu terjadi karena adanya gelombang yang diantarkan ke
dalam otak. Gelombang tersebut tercipta setiap tindakan yang dilakukan oleh
manusia. Gelombang ini lalu diterjemahkan ke dalam bentuk impuls listrik lalu
dikirim ke otak dan dibaca. Tapi ada kalanya otak kita memiliki sensitivitas
tinggi sehingga gelombang yang dibaca berupa amplitudo dan frekuensi tertentu
tergantung dari kualitas otak kita.
Contoh
sederhananya suatu waktu kita dalam hati mendendangkan sebuah lagu. Lalu kita
menyalakan radio dan di radio sedang dimainkan lagu yang sedang kita pikirkan
tadi. Langsung kita berpikir "déjà vu". Padahal, ini menunjukkan
bahwa gelombang radio yang dikirim oleh stasiun pemancar, selain diterima oleh
radio kita, juga dibaca oleh otak kita karena sifat otak kita yang super
sensitive dalam menerima gelombang listrik itu tadi. Ada lagi teori lain yang
menjelaskan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh
sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi
yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan
perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori
yang dikenal dengan nama "optical pathway delay" ini dipatahkan
ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa
mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.
Déjà vu
dipengaruhi usia
Ada pula
yang beranggapan bahwa déjà vu ini adalah sebuah penyakit dalam ingatan
sehingga semakin tua umur seseorang maka akan semakin sering pula terjadi déjà
vu. Seorang ilmuwan asal Jepang dan juga merupakan seorang neuroscientist MIT ,
Susumu Tonegawa, melakukan eksperimen terkait fenomena ini pada tikus dengan
membandingkan ingatan pribadi (episodik) dengan ingatan baru yang tercatat
dalam dentate gyrus. Ia menemukan bahwa tikus yang dentate gyrus-nya tidak
berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang
serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman
akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya
penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer. Kehilangan atau rusaknya
sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit
menentukan apakah sesuatu baru atau lama.
Dan ternyata
Déjà vu secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Déjà Vu
Déjà vu
jenis ini yang paling banyak terjadi dimana kita pernah merasakan suatu kondisi
yang sama sebelumnya dan yakin pernah terjadi di masa yang lampau dan berulang
kali. Sering kali pada saat itu individu akan diikuti oleh perasaan takut, rasa
familiar yang kuat, dan merasa aneh.
2. Déjà Vécu
Perasaan
yang terjadi pada Deja Vecu lebih kuat daripada déjà vu. Deja vecu seseorang
akan merasa pernah berada dalam suatu kondisi sebelumnya dengan ingatan yang
lebih detail seperti ingat akan suara ataupun bau.
3. Déjà
Senti
Déjà Senti
adalah fenomena "pernah merasakan" sesuatu. Suatu ketika kamu pernah
merasakan sesuatu dan berkata "Oh iya saya ingat!" atau "Oh iya
saya tahu!" namun satu dua menit kemudian sadar bahwa sebenarnya kamu
tidak pernah berbicara apa pun.
4. Jamais Vu
Jamais Vu
(tidak pernah melihat/mengalami) adalah kebalikan dari déjà vu. Kalau déjà vu
mengingat hal-hal yang sebenarnya belum pernah dilakukan sebelumnya, Jamais Vu
lain lagi. Tipe déjà vu semacam ini justru tiba-tiba kehilangan memorinya dalam
mengingat sesuatu hal yang pernah terjadi dalam diri. Hal ini bisa terjadi
karena kelelahan otak.
5. Déjà
Visité
Déjà vu tipe
ini lebih menitikberatkan pada ingatan seseorang akan sebuah tempat yang belum
pernah ia datangai sebelumnya tapi merasa pernah berada pada lokasi yang sama.
Déjà Visité berkaitan dengan tempat atau geografi.
(sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar