Rabu, 27 Februari 2013
Penemuan Air Di Bulan
Peneliti di Amerika Serikat telah menemukan air dalam batuan yang berasal dari Bulan. Temuan ini langsung menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang asal usul Bulan. Temuan ini diketahui dengan menganalisis manik-manik kaca berukuran kecil dari pasir Bulan yang diambil oleh astronot-astronot misi Apollo.
Teori ilmiah
yang banyak diyakini orang sekarang ini untuk pembentukan bulan adalah teori
"giant impact" (tubrukan besar). Teori ini menyebutkan bahwa ada objek raksasa menabrak Bumi yang belum lama terbentuk, menyalurkan magma cair dalam jumlah yang
sangat banyak ke dalam lintasan. Piringan magma ini perlahan-lahan menyatu dan membeku menjadi Bulan seperti sekarang ini. Tetapi karena bulan terlalu kecil untuk menyimpan atmosfer, maka semua cairan atau gas volatil, seperti air, dianggap telah habis menguap dan lepas ke ruang angkasa.
"giant impact" (tubrukan besar). Teori ini menyebutkan bahwa ada objek raksasa menabrak Bumi yang belum lama terbentuk, menyalurkan magma cair dalam jumlah yang
sangat banyak ke dalam lintasan. Piringan magma ini perlahan-lahan menyatu dan membeku menjadi Bulan seperti sekarang ini. Tetapi karena bulan terlalu kecil untuk menyimpan atmosfer, maka semua cairan atau gas volatil, seperti air, dianggap telah habis menguap dan lepas ke ruang angkasa.
Kini sebuah
tim di Universitas Brown, Rhode Island, US, telah membuat teori ini mulai
diragukan dengan ditemukannya air dalam manik-manik titanium yang tersebar di
seluruh permukaan Bulan. Manik-manik ini adalah hasil dari erupsi volkanis
lunar yang sangat besar, yang terjadi milyaran tahun yang lalu.
Yang lebih
penting lagi, manik-manik ini terbuat dari material yang berasal dari dalam
perut Bulan sehingga tidak ada kemungkinan bahwa air ini bisa berasal dari
sumber luar seperti komet yang menabrak permukaan bulan.
Dengan
menggunakan spektrometri massa ion sekunder presisi (SIMS), tim ini dikejutkan
dengan temuan bahwa manik-manik tersebut mengandung sekitar 45 bagian per juta
air. Dengan memodelkan dinamika-dinamika erupsi volkanis dan laju pendinginan,
mereka menghitung bahwa sekitar 95 persen air hilang selama aktivitas volkanis
yang membawa manik-manik tersebut ke permukaan. Ini menghasilkan dugaan bahwa
lahar dalam perut Bulan mengandung air sampai 745 bagian per juta - hampir sama
dengan yang terdapat pada lapisan terluar kulit bumi.
"Model
yang kami buat ini tidak sempurna - jadi walaupun kami tahu disana ada air,
kami tidak bisa pastikan berapa banyak jumlahnya," kata Alberto Saal,
pimpinan penelitian ini. Meskipun demikian, Saal menambahkan, keberadaan air
ini harus dipertimbangkan dalam penyusunan teori-teori tentang pembentukan
Bulan di masa mendatang.
"Ini
merupakan hasil yang cukup mengejutkan dan penting," kada David Stevenson,
seorang ahli evolusi planet di Institut Teknologi California. "Air
mengurangi titik leleh batuan, sehingga air bisa merubah evolusi sebuah benda
seperti Bulan."
"Tapi
satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa bulan kemungkinan
heterogen," tambah Stevenson. "Ada kemungkinan bahwa selama
terjadinya tubrukan raksasa beberapa daerah berair dapat terjebak. Penemuan air
pada satu tempat tidak berarti bahwa bagian bulan yang lain juga mengandung
air."
(sumber)
(sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar